Pencemaran
Sungai Ciujung yang diakibatkan dari pembuangan limbah PT Indah Kiat Pulp and
Paper (IKPP) bukan hanya dirasakan orang dewasa, tetapi juga anak-anak.
Anak
-anak yang tinggal di bantaran Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciujung merindukan
sungai yang bersih dan tidak tercemar seperti yang diceritakan para orang tua
mereka. Sesekali mereka sempat merasakan sungainya tidak hitam dan bau, ketika
PT IKPP ini sedang tidak buang limbah ke sungai. Akan tetapi hal seperti ini
sangat jarang terjadi.
PT
IKPP berada di daerah Kragilan dan membuang limbahnya itu mulai dari desa itu
sampai ke muara Desa Tengkurak, Tirtayasa, Serang. Dari titik pembuangan limbah
pabrik itu ke Sungai Ciujung, melewati sekitar 17 desa dari 5 kecamatan
yang berada di Kabupaten Serang, Banten.
Minggu,
21 September 2014, MediaLink yang bekerjasama dengan Riung Hijau dan Padepokan
Seni dan Budaya Tirtadaya melakukan kegiatan workshop komik untuk anak-anak
dengan tema “Pulihkan Sungai Kami”. Kegiatan ini dilakukan di Padepokan Tirtadaya
yang berada di Desa Cibodas Kecamatan Tanara. Desa ini merupakan salah satu
desa yang di lewati aliran pencemaran PT IKPP ke Sungai Ciujung.
Ada
25 anak-anak yang mengikuti workshop komik ini yang terdiri dari anak sekolah
dasar (SD) dan sekolah menengah tingkat pertama (SMP). Mereka cukup antusias
dan senang dengan menggambar komik ini, karena dianggap bisa meluapkan perasaan
mereka terkait pencemaran yang terjadi di desanya melalui media gambar komik.
![]() |
salah satu karya komik hasil workshop |
Tujuan dari workshop komik ini adalah untuk memproduksi informasi visual yang
didasarkan dan dirasakan pada pengalaman langsung masyarakat dalam hal ini
anak-anak, mengenai pencemaran yang terjadi di Sungai Ciujung.
Sepanjang
workshop, anak-anak dari bantaran Sungai Ciujung itu sangat antusias menuangkan
pengalaman dan harapannya mengenai air sungai di sekitar mereka. Sesekali canda
tawa mewarnai aktivitas mereka. “Sungaiku
hitam!” ujar mereka ketika
fasilitator menanyakan coretan apa yang sedang mereka buat. “Kampungku banjir!”
ujar lainnya, menceritakan kampungnya yang terkadang terkena aliran sungai yang
meluap.
Dari
siang hingga sore, anak-anak tersebut menggambar tiga tema. Mulai dari cerita
tentang diri mereka, kampung mereka, hingga harapan mereka terhadap sungai yang
bersih. Di akhir acara, anak-anak berkesempatan melakukan foto bersama di depan
sanggar. Jepret!
No comments:
Post a Comment