Tuesday, December 05, 2017

Tengul

Tahun 2013 pertama kali anak itu menampakkan diri di Komunitas RTJ
Saat itu ia diajak salah satu lulusan LP Anak Pria Tangerang yg memang ikut kelas komik, jadi kenal dengan saya.
dua anak ini saling bersaing rekor masuk penjara. Sebut saja si Tengil sudah 8 kali keluar masuk, sedang anak ini, sebut saja Tengul sudah 6 kali.
Mereka mampir sebentar lalu pergi lagi, sambil meninggalkan alamat di kawasan Senen, siapa tau saya mau mampir.
Lama tidak bertemu tahun 2015 mereka nongol lagi, sambil bercerita kalau baru saja bebas daripenjara (lagi)
Kasusnya sepele, tidak suka liat gerombolan polisi yg dianggap songong, lalu diajak berantem. Awalnya mereka berdua mampu mengalahkan 3 orang, sampai kemudian datang segerombolan teman-teman polisi dan kali ini mereka berdua keok.
Sampai kemarin pagi si Tengul tiba-tiba muncul. wajahnya terlihat cemas, keringat bercucuran. lalu meracau kalau dirinya merasa diikuti oleh aparat.
Konon ia baru bebas lagi dari lapas Pondok Rajek Cibinong empat hari lalu. Seperti biasa kawasan Senen menjadi jujugannya. Tetapi sekarang beda, stasiun sudah steril dari Preman, akses masuk juga sulit.
Susah buat "bekerja" lagi.
Mungkin karena bertambah umur Tengul mulai mengenal rasa takut. Jmn muda apapun dilabas. Berbuat dahulu mikir kemudian. Sekarang dirinya merasa tidak bisa seperti dulu. Nyalinya makin ciut seiring umur yg bertambah. Teman-teman di Senen pun mengingatkan agar ganti profesi. Jadi bandit jalanan di Senen sudah mulai susah.
Mendadak ia memberi saya nomer tlp ibunya. Kmarin sempat telepon tetapi tak tersambung. Saya kemudian memencet nomer yg diberikannya. Tersambung suara ibu2 nun di sana, di Kepri. "Hallo bu, ini Maman, temannya Tengul. Tengul mau bicara bu" sejenak diam, lalu dari seberang terdengar isak tertahan, Hp saya sorongkan ke Tengul yg langsung berkata keras" rasah nangis makk"
lalu mereka terlibat pembicaraan. Intinya si emak minta Tengul Pulang
"Yo nek ono sangu makk" kata tengul.
Pagi tadi, masih dengan muka takutnya Tengul saya paksa pulang. dengan bekal secukupnya. Wajahnya terlihat gentar. Sejak semalam saya bilang kalau dia harus menghadapi rasa takutnya. Hadapi saja, sekali-sekali belajar pasrah, kalau toh harus menerima kejadian apes iklasin saja, yang penting diniatkan pulang ketemu ibu. membasuh kakinya, minum kalau perlu air basuhannya, sambil minta maaf dan janji tidak akan menyusahkan lagi.
Barusan wa masuk, Tengul sudah di dalam bis yang akan membawanya membelah Sumatera, Mungkin empat hari baru sampai.
Semoga yang terbaik untuk kepulangannya

Thursday, April 27, 2017

10 Tahun Komunitas RTJ


Catatan Sahabat: 10 Tahun RTJ




Tidak ada anak-anak dan remaja yang berkeinginan menghabiskan salah satu masa pertumbuhannya di lembaga pemasyarakatan (LAPAS). Tetapi, karena satu dan lain hal, sebagian kawan-kawan terpaksa menjalaninya. Setelah bebas menghirup udara segar, tak mudah juga untuk kembali kepada kehidupan biasa. Stempel sebagai mantan anak LAPAS tak pernah hilang. Tetapi, hal ini bukan kiamat. Kawan-kawan Komunitas Rtj membuktikannya. 

Dengan penuh cinta, kehidupan di dalam dan di luar LAPAS dihadapi dengan asyik. Seperti yang disampaikan oleh Gus Irwan Masduqi, "Cinta kemanusiaan itu dasarnya aynu rohmah, di mana seseorang melihat apapun dengan kacamata kasih sayang. Bahkan melihat pendosa juga dengan kasih". Dan, masih menurut Gus Irwan, "... untuk meredam teologi kebencian, kita butuh teulujia naz'ah ansanah, yakni teologi yang berorientasi pada humanisme cinta kemanusiaan". 


Ya, saya sepakat, bahwa segalanya memang tentang dan untuk kemanusiaan. Saya bangga menjadi bagian kecil dari Komunitas Rumah Tanpa Jendela yang digawangi oleh seniman cum pekerja sosial budayaRahman Seblat dan kawan-kawan lainnya yang terus berjuang sampai detik ini.

Tabik.

Tomy Widiyatno Taslim 
Sutradara/ Pekerja Seni