Monday, November 26, 2012

Kisah: Ketika Penjara Tak Lagi Membuat Jera (Penjera)

Barusan saya ditelpon oleh sebut saja Opay, salah seorang anak yang sudah delapan kali masuk penjara, dan menjadi bagian dari kawan-kawan yang berkumpul di komunitas RTJ (komunitas pendamping anak-anak yang bebas dari penjara)
Opay sudah sampai dirumahnya di Sekayu, Sumatra Selatan.
Saya menyarankan Opay untuk balik ke kampung halaman saja, agar tak masuk penjara ke sembilan kali. Untuk meyakinkan dirinya, saya menelpon bapak Opay. Mengabarkan anaknya sudah bebas, juga meminta ijin, agar bapak si Opay mau menerima kembalinya si anak bengal itu.
Bapaknya cukup baik merespon saya.
Beliau sebenarnya juga berharap agar anaknya pulang saja.
Di kampung ada ladang yang bisa dijaga. Lumayan penghasilannya.

Saya sempat ngobrol panjang dengan Opay, yang sekarang sudah umur 25 tahun, tentang kenapa ia suka banget keluar masuk penjara.
Saya mengenal Opay tahun 2006 saat di kelas komik curhat Lapas Anak Pria Tangerang.
Opay menjadi salah satu peserta komik curhat.
Gayanya yang “serondolan” menarik perhatian saya. Hobi berantem di penjara, cari perhatian dan suka mendominasi teman-temannya adalah beberapa sifat khasnya.

Tahun 2007 kembali saya bertemu Opay. Masuk lagi setelah bebas di akhir tahun 2006.
Ini kali ke empat dia masuk penjara.

Opay pertama kali masuk penjara, di Palembang, gara-gara kasus pencurian.
Waktu itu ia masih berumur 14 tahun. Meski berlatar keluarga yang lumayan berada, Opay hobi mencuri.
Tetapi selama saya bergaul, dia tak menuntukkan tanda-tanda klepto.

Opay masuk penjara kedua kali karena apes.
Ceritanya ia lagi tiduran di masjid (meski bandit, anak ini jago ngaji lho) ada bapak-bapak yang menitipkan tas kepada si Opay.
Mendadak ada operasi anak jalanan yang dilakukan polisi.
Opay diperiksa KTP,dan ia belum punya (meski sudah 17 tahun)
Apesnya lagi, si Opay juga dituduh menghipnotis si bapak yang titip tas ke dirinya.
Tuduhan itu dilontarkan oleh salah seorang polisi yang pernah bertemu di polsek saat kasus sebelumnya.
Singkat cerita Opay digelandang ke kantor polisi dan dipaksa mengakui perbuatannya. Karena tidak tahan di sisksa polisi, akhirnya Opay “ngaku”
Maka, dua kali ia masuk penjara.

Sekeluar dari penjara di Palembang itu, Opay kemudian pindah ke Indramayu, rumah kakek dari ayahnya.
Saat tidak punya uang, Opay memalak. Kelakuannya itu, karena Opay yang sejak kecil belajar silat, sangat percaya diri dengan kemampuan bela dirinya (makanya hati-hati kalau mengajari anak ilmu bela diri. Kejadiannya bisa berbalik jadi alat menekan orang lain :P)
Pada suatu hari Opay apes, sehabis malak ia dicokok polisi yang melihat aksinya.
Untuk ketiga kalinya ia masuk penjara di salah satu kantor polisi di Indramayu.

Sekeluar dari penjara, Opay pindah ke Senen, mengikuti temannya.
Ia menjadi preman remaja di stasiun Senen.
Di Senen, ia kembali berulah. Kali ini ia membajak bis Mayasari Bakti.
Bersembilan ia membajak bis tersebut.
Untung ada polisi yang mengetahui aksinya. Gerombolan Opay kocar-kacir, beberapa babak belur dihajar massa. Opay sempat bisa melarikan diri, tetapi tertangkap polisi di dekat rel stasiun Senen.
Kembali ia masuk penjara. Lalu ia masuk ke LApas Anak Pria Tangerang
Disanalah kami bertemui.

Sekeluar dari Tangerang, kembali ia berulah. Menodong orang di Grogol.
Apes, ia ketangkap polisi karena korbannya berteriak minta tolong.

Lagi-lagi masuk penjara, dan ketemu saya lagi.
Masih dimasukkan ke lapas anak. Padahal jelas-jelas dari tampangnya sudah terlihat sebagai anak umur duapuluhan tahun.

Petualang si Opay berlanjut.
Cukup lama tidak ada kabar, tiba-tiba ia SMS saya. Mengabarkan sekarang di Senen lagi.
Lalu bertanya alamat saya di Depok.
Tak lama anak itu mucul di markas RTJ. Kami ketemu lagi.
Ia bercerita kalau sempat masuk penjara lagi setelah pertemuan kami terakhir tahun 2007.
Kasusnya sama. Memalak orang.
Memang tidak ada jeranya.
Itu yang ke enam kali ia masuk penjara.
Setelah itu, Opay menyatakan bertobat. Katanya pengen jualan saja.
Lalu kami patungan membelikan dagangan Opay berupa: korek gas berbentuk tempat rokok, gas tabung untuk ngisi korek, dan kaset bekas.

Opay berjualan di selasar jalan masuk menuju stasiun senen.
Setalah itu, karena kesibukan saya jarang kontak-kontakan dengan si Opay.
Sampai pada suatu hari saya ditelpon Opay. Ia ketangkap polsi saat razia senjata tajam.
Ia meminta saya mengurus pembebasan, karena pasal darurat katanya bisa di nego.
Saya kemudian ke posek Senen. Berusaha mengurus Opay dengan bertemu dengan komandan yang menangkap Opay.
Dari pak komandan polisi itu saya mendapat cerita, betapa bencinya pak komandan dengan Opay. Anak yang sangat tidak sopan saat di interogasi.
Pak komandan meminta saya tidak mengurus  Opay. Biarkan saja masuk penjara. Negosiasi dengan uang pun tak diterima.
Dalam hati sebenarnya saya bersyukur, tidak jadi mengeluarkan uang.. hehehe.

Saya berpikir, tujuh kali masuk penjara akan benar-benar membuat Opay jera.
Ternyata tidak.
Saya mendapat kabar (lagi) dari salah seorang teman yang menjadi pendamping napi yang terpapar HIV/AIDS di lapas Salemba, kalau ia bertemu Opay.”halah!”
Kasus terakhir agak mendingan. Ia membela temannya yang dikeroyok tentara. Temannya salah palak. Yang dipalak rupanya tentara. Ada teman-temannya pula.
Akhirnya dua orang itu berkelahi dengan enam tentara.
Tentu saja kalah. Akhirnya di jebloskan lagi ke penjara.
Masuk polsek Senen dengan komandannya masih yang saya temui di kasus Opay sebelumnya (terbayang, si komandan tersebut pasti geleng-geleng sampai pusing kepalanya :D)

Sebebas dari penjara untuk ke delapan kalinya, Opay datang ke ruamah saya. Itu beberapa hari yang lalu, yang kemudian saya sarankan untuk pulang saja dulu.
Siapa tahu itu akan "memutus karmanya," yang bolak-balik masuk penjara.
Mungkin Jawa (Jakarta) tak bagus buat dia. Jadi dengan balik ke Palembang (Sekayu) ia benar-benar bisa memulai hari dengan lebih jernih dan terjauh dari “mata rantai penjara” yang seolah sudah  menjadi jalan hidupnya.

Saya kemudian berpikir, dimana fungsi penjara sebagai penjera?
Apakah karena si Opay dipenjara terlalu dini (14 tahun) makanya ia seolah imun dengan penjara? (makanya kampanye “hapus penjara anak” jadi dirasa perlu)

Kekerasan demi kekerasan yang ia rasakan sejak dari remaja, justru menempanya menjadi tangguh menghadapi penjara yang keberadaannya diniatkan menjadi penjera dan menjadi  momok bagi sebagian orang.

Saya menulis ini, juga setelah membaca artikel tentang resiliensi yang dipublis oleh jurnal online UGM (saya sertakan link: http://www.ugm.ac.id/index.php?page=rilis&artikel=5131 )
Di satu sisi, saya melihat Opay sudah resiliensi terhadap hidupnya.
Resiliensi yang diartikan sebagai kemampuan untuk beradaptasi dan teguh di dalam situasi sulit justru membuat Opay tak jera dengan penjara.
“Ah, paling seperti itu juga rasanya.”
Si Opay bahkan menemukan celah untuk bisa bertahan hidup di penjara.
Dengan bekal stikma residivis, Opay bisa memalak napi “kijang baru” yang masih hijau di penjara tahanan polisi atau di lapas.
Bahkan lebih dahsyat lagi, ia bisa menjadi penguasa blok atau bahkan penguasa penjara.
Dengan itu penjara akan  menjadi tempat nyaman buat dirinya.
Bahkan ia bisa bilang “di rutan lebih gampang nyabu daripada di lapas”
Temuan yang masih perlu dibuktikan sih.
 Dengan kondisi tersebut, pantaslah ia kemudian bolak-balik masuk penjara.

Meski di pertemuan kemarin, ia menyatakan tidak ingin masuk lagi.
Sama di pertemuan sebelumnya.
Makanya, kemudian saya menyarankan ia untuk “balik kandang”
Siapa tahu itu bisa menjadi cara, karena memang saya belum menemukan cara apa yang bisa membuat ia benar-benar JERA
Oh ya, kemarin saat Opay mampir ke rumah saya, ia mengajak teman seperkaranya yang rekor masuk penjaranya tak kalah sama Opay. Tujuh kali. Sama seperti Opay, Rama, sebut saja namanya, masuk penjara dari umur 15 tahun.
Nah...

@seblat








kliping berita:LAPAS Dukung Proses Resiliensi Anak Didik

sumber berita:
http://www.ugm.ac.id/index.php?page=rilis&artikel=5131&utm_source=dlvr.it&utm_medium=twitter

Kehidupan sebelum di Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) berpengaruh terhadap resiliensi anak didik di LAPAS. Kelemahan dalam regulasi emosi sebelum masuk LAPA dapat kembali muncul ketika berada di LAPAS dan bisa memperburuk kemampuan penyesuaian anak didik jika mereka kurang memiliki dan kurang memanfaatkan aset-aset atau potensi-potensi internal yang dimilikinya. Sebaliknya, bagi anak didik yang cukup memiliki aset internal dan mampu menggunakannya ketika di LAPAS, maka efek negatif kehidupan pra LAPAS terhadap resiliensi dapat diminimalkan.
Demikian salah satu kesimpulan Yulia Sholichatun, S.Psi., M.Psi, dosen Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri, Malang saat menempuh ujian terbuka Program Doktor Ilmu Psikologi UGM, Senin (26/11). Didampingi promotor Prof. Dr. M. Noor Rochman Hadjam dan ko-promotor Dr. Tina Afiatin serta Subandi, M.A., Ph.D., promovenda mempertahankan desertasi "Regulasi Emosi dan Dukungan Sosial Sebagai Moderator Hubungan Stres dan resiliensi Pada Anak Didik di LAPAS Anak".
Yulia mengatakan LAPAS memberikan sumbangan penting terhadap proses resiliensi anak didik. Sumbangan tersebut diberikan melalui beragam bentuk dukungan baik secara emosi melalui pendampingan para petugas maupun secara instrumental dan informatif melalui sarana-sarana, kontrol dan aturan, serta program-program pembinaan untuk anak didik.
Iapun berharap para petugas LAPAS untuk selalu meningkatkan pengetahuan khususnya terkait dengan pemahaman terhadap kondisi psikologis anak didik. Melalui upaya pemberian dukungan secara emosional dan informatif diharapkan lebih mengena pada kebutuhan anak didik, baik kebutuhan ketika masih dibina di LAPAS maupun ketika sudah keluar LAPAS. "LAPAS hendaknya melakukan pengembangan pola pembinaan yang lebih menekankan pada kesiapan psikologis anak didik untuk kembali ke masyarakat," katanya.
Karena itu, ketrampilan-ketrampilan psikologis sangat diperlukan untuk diajarkan pada anak didik, seperti kemampuan dalam hal manajemen stres, problem solving dan kemampuan dalam mengendalikan emosi. Sedangkan terkait temuan peran agama bagi resiliensi anak didik, LAPAS disarankan dapat memberikan perhatian terhadap pengembangan keagamaan anak didik. "Tidak terbatas dalam ritual ibadah, tetapi juga pada penanaman nilai keimanan serta pengaruhnya terhadap karakter dan perilaku sehari-hari anak didik," imbuhnya. 
(Humas UGM/ Agung)

Monday, November 12, 2012

Film Dokumenter Anak Kampung Gedong

Di awal bulan November ini, komunitas RTJ menemani teman-teman dari Kampung Gedong membuat workshop film dokumenter.
Film ini rencana akan di ikutkan dalam sebuah festifal film dokumenter tingkat remaja/SMA.
Ada tiga anak yang akan terlibat,yaitu Eko, Agus dan Ratna.

Workshop difasilitasi oleh Ganda, salah seorang fasilitator di komunitas RTJ. Tiga anak itu berasal dari tiga sekolah yang berbeda. Agus dari SMK Ganesha, Eko dari SMK Teladan, dan Ratna dari sekolah Negeri di Depok.

Proses workhsop diawali dengan berbagi ide untuk menemukan satu tema yang kemudian akan dikembangkan menjadi story line.
Setelah itu, baru ide di tulis dalam lembaran flip card yang kemudian di tempel di plano.

Diskusi berlangsung seru. Saling melontarkan ide, memberi masukan, dan menyimpulkan.
Tingggal kita tunggu hasilnya nanti. akankah seseru diskusinya?
Proses produksinya sendiri direncanakan selama tiga hari pengambilan gambar, lalu dilanjut proses editing dan presentasi kasar di depan teman-teman komunitas RTJ.
Setelah mendapat masukan, baru di edit lagi, sampai didapatkan film yang dianggap sudah layak untuk di dikutkan festival.

Yang seru, produksi film dokumenter ini didanai secara patungan diantara anak-anak sendiri. Jadi, jatah jajan ya di irit-irit karena terpotong buat patungan. "hehe"






Saturday, November 10, 2012

kliping berita:Anak Lapas Pakjo Curhat di Komik

http://infopublik.kominfo.go.id | Senin, 05 November 2012 | 07:49

Palembang, InfoPublik -  Suka dan duka yang dirasakan tahanan anak di bawah umur di Lembaga Pemasyarakatan Anak Pakjo Klas I Palembang, akan dituangkan dalam komik.
Adalah Abdul Rahman Soleh, koordinator Program Rumah Tanpa Jendela, sekaligus fasilitator Komik Curhat yang menggagas rencana ini.
“Di Sumatera, Palembang adalah kota pertama. Ini soft launchingnya. Komiknya sudah jadi. Kita beri nama Komik Curhat,” ujar Soleh, dibincangi saat pembukaan workshop Komik Curhat di Lapas Anak Pakjo, Rabu (31/10).
Sebelumnya Komik Curhat dibuat di Blitar, Tangerang, Sidoarjo, dan Jombang. Di Palembang, pembuatan komik ini bekerja sama dengan Yayasan Bunda Eva.
Sesuai namanya, komik curhat memuat ungkapan hati tahanan anak. “Mereka bisa mengekspresikan perasaan selama berada di balik jeruji besi,” ujar Soleh.
Tentu tidak semua anak boleh bertutur, hanya dipilih 30 anak. Mereka pun kelak dipandu saat ingin bercerita. “Tapi anak-anak itu sendiri yang akan merumuskan apa yang ingin mereka ceritakan. Komiknya setebal 60 halaman,” katanya.
Mengenai dipilihnya cerita soal kehidupan anak di lembaga permasyarakatan, karena selama ini jarang ada yang mengurus anak lapas. Soleh pun tanpa segan mengatakan dirinya cukup dekat dengan Kepala Lapas Anak Pakjo. “Kepala Lapas sendiri berkeinginan curhat tahanan anak itu diangkat dalam komik,” ujarnya.
Ia menambahkan, hasil karya tahanan anak di Lapas Pakjo lumayan bagus. “Di luar perkiraan. Ceritanya bagus dan menarik,” katanya.
Sebelumnya, Soleh mengatakan pihaknya telah menuangkan cerita soal derita anak korban semburan lumpur Lapindo.
Kepala Lapas Anak Pakjo Palembang, Puji Harinto, mengatakan, pembuatan komik ini salah satu upaya memberikan ruang berekspresi bagi tahanan anak.
“Mereka bisa menuangkan emosinya lewat komik. Kerinduan kepada keluarga, dan orang-orang yang disayangi. Pembuatan komik ini juga untuk memberi pelajaran kepada anak seusia mereka agar tidak terjerumus, misalnya terlibat narkoba,” kata Harinto.
Eva Santana, Ketua Yayasan Bunda Eva, menyambut positif pembuatan komik curhat tahanan anak di Lapas Pakjo.
“Ini bisa jadi sarana menyalurkan potensi mereka untuk berkreasi,” ujar Eva, yang dalam kesempatan workshop itu melihat komik hasil kreasi tahanan anak Pakjo. (wahyu/toeb)

Thursday, November 08, 2012

Amarah berujung pasal 338

Pasal 338 KUHP: "Barang siapa yang sengaja menghilangkan jiwa orang lain, karena pembunuhan biasa, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 15 tahun

Karena tidak tahan melihat ayahnya dianiaya adik kandungnya sendiri (paman pelaku.) Lehan menjadi gelap mata.
Melihat ayahnya babak belur dan tidak melakukan perlawanan, naluri anak yang sayang ayah pun muncul.


Lalu lehan menantang pamannya sendiri duel.
Perkelahian paman dan ponakan itu berakhir dengan terbunuhnya sang paman.

Cerita berakhir dengan masuknya Lehan ke penjara anak Pakjo Palembang dengan tuntutan pasal 338 KUHP seperti tersebut diatas.

Pengalaman itu kemudian oleh Lehan dicurahkan kedalam selembar kertas, saat workshop komik curhat tanggal 27-31 Oktober beberapa waktu yang lalu, yang diselenggarakan oleh Komunitas Rumah Tanpa jendela bekerjasama dengan Lapas Anak Pakjo Palembang


Dengan mencurahkan perasaannya lewat komik, diharapkan beban dosa yang selama ini terpendam dan membebani hati bisa berkurang. Lewat gambar, secara tak langsung, si pelaku juga bisa meminta maaf dan mengungkapkan penyesalan hatinya.

Itu yang diharapkan menjadi salah satu manfaat positif ikut workshop komik curhat.





Tuesday, November 06, 2012

kartu pos "harapan"





Tak mudah mungkin berucap maaf secara langsung. Apalagi bagi andikpas (Lapas Anak Palembang) yang berada dibalik jeruji besi.  Atau, bisa jadi karena amarah yang belum padam, yang belum memungkinkan bertemu secara langsung.

Dengan kartu pos, semua rasa bersalah itu bisa diungkapkan. setelah sebelumnya diguratkan dalam gambar komik curhat.
Lalu kemudian di kreasikan menjadi kartu pos yang bisa dikirim oleh setiap andikpas, yang ingin dosanya di maafkan.

Desain kartu pos diatas direncanakan akan di cetak dan disebarkan besok saat pameran komik curhat dilangsungkan pada bulan desember. Rencananya akan dilangsungkan di kota Palembang (tempat masih tentatif)
Jadi, tunggu saja ya... 

Monday, November 05, 2012

bakat terpendam di dalam penjara


Komik karya Agus, salah satu remaja penghuni lapas anak Palembang yang ikut workshop komik curhat pada tanggal 27-31 Oktober kemarin.

Melihat goresannya, Agus cukup piawai menggambar. Apabila diasah lebih tekun, pasti bisa menghasilkan  komik yang bagus.

Salah satu tujuan workshop komik curhat oleh komunitas RTJ memang, selain memberi ruang kepada para remaja penghuni lapas agar bisa mencurahkan perasaannnya, juga sebagai media untuk mencari bakat terpendam yang bisa jadi tersebar dimanapun, termasuk di dalam lapas anak. Terbukti kan, ada bakat menggambar seperti yang dikuasai agus. sayang kalau sampai tersia-siakan.

Saturday, November 03, 2012

buku:"parade komik curhat karya anak lapas"

Buku Kompilasi Komik karya Andikpas Lapas Anak Tangerang


Dapatkan! komik edukasi,
Buku komik curhat "parade komik curhat karya anak lapas"
Tersedia dalam bentuk PDF, silakan sertakan alamat email anda
di kolom komentar di bawah artikel ini.
Kami akan mengirimkan secara cuma-cuma (GRATIS)



Thursday, November 01, 2012

sampai bertemu lagi


Setelah empat hari bersama-sama andikpas lapas anak Palembang menyuntuki kertas, menggambar komik. akhirnya tiba saat berpisah.

Lumayan banyak komik yang sudah di hasilkan.
Tinggal kemudian akan di olah menjadi lembar-lembar layout buku, yang nantinya akan dicetak menjadi buku komik.
Kalau tidak ada aral, pada bulan desember, komik hasil karya kawan-kawan yang masih menghuni tahanan ini akan di lounching ke publik, sebagai bagian dari pameran komik curhat di Palembang.

Terimakasih buat semua staf Lapas Anak Palembang yang antusias mendukung kegiatan komik yang merupakan ide dan permintaan pak Pujo Harinto, selaku kalapas Anak Palembang kepada teman-teman komunitas RTJ untuk memfasilitasi kegiatan workshop komik.

 RTJ mendapat kehormatan, ditunjuk sebagai fasilitator kegiatan komik curhat, yang juga merupakan bagian dari program pendampingan Komunitas RTJ.

Smoga kegiatan :ngomik" di lapas anak Palembang tetap akan berjalan terus, selepas kegiatan workshop ini.
Sehingga masih akan ada karya-karya komik curhat yang di hasilkan.
Semangattt...



berita komik curhat palembang di media cetak

berita workshop komik di sumatra ekpres

Curhat Itu Tertuang lewat Komik

http://www.seputar-indonesia.com/news/curhat-itu-tertuang-lewat-komik


PALEMBANG – Tak banyak yang tahu bagaimana seorang anak yang tengah menjalani hukuman di penjara mencurahkan isi hatinya.Sisi kemanusiaan ini yang coba ditangkap Lembaga Pemasyarakatan (LP) Anak Kelas II A Pakjo,Palembang. Atas dasar itulah, LP Anak Kelas II A Pakjo sengaja membina para anak didik LP dengan aktivitas membuat komik yang berisikan curahan hati sang anak yang menjalani hukuman tersebut. 

Beberapa komik bahkan diperlihatkan dalam workshop pembuatan komik curhat bagi anak didik LP yang digelar di halaman Kantor Rumah Tahanan Negara Kelas I Pakjo kemarin. Kepala LP Anak Kelas II A Pujo Harinto mengatakan, kegiatanmembuatkomikinisudah dilakukan sejak 27 Oktober lalu, dengan instruktur dari Komunitas Rumah Tanpa Jendela (RTJ),Jakarta. 

Melalui aktivitas ini, diharapkan para penghuni LP bisa menyalurkan kreativitas anak yang dituangkan dalam komik dan menekan tingkat kenakalan anak. “Lewat komik,mereka bisa curhat tentang keadaan mereka di sini (LP) dan memberikan pesan kepada anak-anak lain di luar LP agar tidak melakukan hal-hal yang merugikan orang lain,”ujar dia. 

Pujo menjanjikan, karya anak-anak penghuni LP anak ini nantiakandibukukan.Rencananya dicetak sebanyak 1.000 eksemplar dan dibagikan secara gratis pada pengunjung pameran saat peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) di Pelataran BKB, Desember mendatang.Tak mainmain, pembiayaan produksi dan penggandaan buku ini langsung dibantu Yayasan Bunda Eva Santana. 

“Ke depan kami akan ingin membuat video dokumenter LP anak.Tapi,kami masih terkendalabiaya, diperkirakanbiaya yang diperlukan sekitar Rp30 juta,” beber Pujo. Kasi Bimbingan Anak Didik (Binadik) Ahmad Fuad didampingi Kasub Bimbingan Kemasyarakatan dan Perawatan Jam’an Muharam menambahkan, saat ini jumlah penghuni di LP anak sebanyak 271 anak. Sementara,penghuni yang masuk komunitas ini ada 30 anak. 

Anak-anak yang berminat dalam pembuatan komik curhat ini masuk dalam komunitas komik yang diberi nama KOMPAK (Komunitas Obak Muda Pakjo). “Komunitas ini bisa menggali potensi karya anak. Selain itu,bisa juga menjadi wadah dan bahan curhat anak selama berada di dalam LP ini.Karena itu, temanya beragam,mulai kesedihan, asmara,keluarga hingga lainnya,”kata dia. 

Selain komunitas komik,beberapa aktivitas lain juga digeluti para penghuni LP, seperti bimbingankerjamulaidaripembuatan mebeler, cenderamata, menanam sayuran hingga lainnya. Ada pula Rumah Pintar yang menyediakan sekitar 700 buku, dengan rincian 300–400 buku milik LP,selebihnya dipinjamkan Banpusda (Badan Perpustakaan Daerah) Sumsel. 

“Khusus buku dari Banpusda ini,sebulan sekali diganti dengan buku yang lain.Komunitas komik ini termasuk dalam program Rumah Pintar ini,”ujarnya. Dalam kesempatan yang sama, koordinator program RTJ dan fasilitator komik curhat anak didik LP, Abdul Rahman Saleh,menjelaskan,tema dalam pembuatan komik ini berkenaan dengan perasaan anak penghuni LP sendiri,mulai dari emosi, kerinduan kepada keluarga, hingga asmara. 

Setiap anak boleh membuat 1–2 karya. “Hasil karya mereka nanti akan kita scan dan dibukukan. Dalam komunitas ini, mereka diajarkan untuk bisa menceritakan perasaannya dari ruang bebas ke ruang sempit ini.Hasilnya nanti komik ini bisa menceritakan kegiatan selama di LP hingga harapan mereka setelah bebas dari LP ini,”kata pria yang disapa Mas Maman oleh para anak didik di LP Anak Kelas II A Palembang ini. 

Dalam program RTJ, sambung dia,setidaknya ada lima LP anak yang sudah dibina, yakni LP Belitang,Jombang,Sukoharjo, Tangerang, dan Palembang. Dari kelima LP ini, sudah ada lima buku komik yang dikaryakan anak LP.“Kita berharap November sudah selesai pencetakan buku komik ini,sehingga Desember nanti bisa disebarkan,” ungkap Maman. yulia savitri