Tuesday, December 16, 2014

Anak-Anak Sungai Ciujung: “Pulihkan Sungai Kami”


Pencemaran Sungai Ciujung yang diakibatkan dari pembuangan limbah PT Indah Kiat Pulp and Paper (IKPP) bukan hanya dirasakan orang dewasa, tetapi juga anak-anak.
Anak -anak yang tinggal di bantaran Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciujung merindukan sungai yang bersih dan tidak tercemar seperti yang diceritakan para orang tua mereka. Sesekali mereka sempat merasakan sungainya tidak hitam dan bau, ketika PT IKPP ini sedang tidak buang limbah ke sungai. Akan tetapi hal seperti ini sangat jarang terjadi.
PT IKPP berada di daerah Kragilan dan membuang limbahnya itu mulai dari desa itu sampai ke muara Desa Tengkurak, Tirtayasa, Serang. Dari titik pembuangan limbah pabrik itu ke Sungai Ciujung, melewati  sekitar 17 desa dari 5 kecamatan yang berada di Kabupaten Serang, Banten.
Minggu, 21 September 2014, MediaLink yang bekerjasama dengan Riung Hijau dan Padepokan Seni dan Budaya Tirtadaya melakukan kegiatan workshop komik untuk anak-anak dengan tema “Pulihkan Sungai Kami”.  Kegiatan ini dilakukan di Padepokan Tirtadaya yang berada di Desa Cibodas Kecamatan Tanara. Desa ini merupakan salah satu desa yang di lewati aliran pencemaran PT IKPP ke Sungai Ciujung.
Ada 25 anak-anak yang mengikuti workshop komik ini yang terdiri dari anak sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah tingkat pertama (SMP). Mereka cukup antusias dan senang dengan menggambar komik ini, karena dianggap bisa meluapkan perasaan mereka terkait pencemaran yang terjadi di desanya melalui media gambar komik.
salah satu karya komik hasil workshop
Workshop ini diampu oleh Abdurrahman aktivis anak dari komunitas RTJ (Rumah Tanpa Jendela), yang juga seorang komikus yang banyak memberikan pendampingan terhadap anak-anak korban kasus lingkungan, yang dibantu oleh Sanusi, seorang pekerja seni visual.
Tujuan dari workshop komik ini adalah untuk memproduksi informasi visual yang didasarkan dan dirasakan pada pengalaman langsung masyarakat dalam hal ini anak-anak, mengenai pencemaran yang terjadi di Sungai Ciujung.

Sepanjang workshop, anak-anak dari bantaran Sungai Ciujung itu sangat antusias menuangkan pengalaman dan harapannya mengenai air sungai di sekitar mereka. Sesekali canda tawa mewarnai aktivitas mereka. “Sungaiku hitam!” ujar mereka ketika fasilitator menanyakan coretan apa yang sedang mereka buat. “Kampungku banjir!” ujar lainnya, menceritakan kampungnya yang terkadang terkena aliran sungai yang meluap.

Dari siang hingga sore, anak-anak tersebut menggambar tiga tema. Mulai dari cerita tentang diri mereka, kampung mereka, hingga harapan mereka terhadap sungai yang bersih. Di akhir acara, anak-anak berkesempatan melakukan foto bersama di depan sanggar. Jepret!
sumber tulisan:lembar informasi media link
penulis: mujtaba